MASYARAKAT JAHILIAH ZAMAN TEKNOLOGI.
Allah sendiri sudah memberitahu dalam Quran, bahawa masyarakat atau bangsa jahiliah itu sudah kenal adanya Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
Firman Allah:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah". Ucapkanlah (wahai Muhammad): "Alhamdulillah" (sebagai bersyukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian - tidak mengingkari Allah), bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat tauhid dan pengertian syirik). ( Luqman:25 ).
Oleh itu apakah sebenarnya pengertian Jahiliah?
Jahiliyah iaitu dapat disimpulkan bahawa pengertiannya, "kalau tiap-tiap seorang itu mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan langit dan bumi tetapi dia tidak menerima peraturan-peraturan dari Tuhan untuk mengatur hidupnya maka itulah yang dikatakan jahiliah". Atau keadaan suatu umat itu menolak untuk mengikuti petunjuk Allah.
Seperti sabda Nabi saw kepada Abu Dzar ra,
"Sesungguhnya engkau adalah orang yang pada dirimu terdapat unsur jahiliyah." (HR. Bukhari)
Dimensi jahiliyah sangat banyak. Ada jahiliyah aqidah, jahiliyah akhlak, jahiliyah ekonomi, jahiliyah hukum dan politik, jahiliyah seni dst. Secara umum, semua perkara yang menyalahi Rasulullah saw adalah perkara jahiliyah.
Umat Manusia moden yang kembali menjadi masyarakat jahiliah.
Jahiliyah yang telah dikikis habis oleh Nabi saw berdasarkan petunjuk wahyu tersebut, kini kembali banyak terjadi di tengah-tengah umat Islam. Bahkan perilaku jahiliyah itu atas nama HAM (Hak Asasi Manusia), liberalisme, sekularisme dan sejenisnya dinyatakan sebagai peradaban modern.
Diungkapkan dalam catatan sejarah bahawa masyarakat yang dihadapi Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya adalah masyarakat jahiliyah. Namun jangan kita lupa telah menjadi pengetahuan umum bahawa ketika Rasulullah SAW diutuskan, Empayar Rom dan Parsi mempunyai tamadun yang begitu tinggi. Dua buah empayar besar ini merupakan bapa penjajah yang sentiasa menguasai negara serta bangsa yang lemah. Bangsa Rom dan Parsi sudah mempunyai sistem hidup yang teratur, tentera yang besar dan kuat serta sudah maju dibidang binaan dan pembangunan.
Pengertian (جاهيلية العرب) menurut bahasa: masa kejahilan bangsa Arab, Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Maksud secara harfiyah semata, sehingga yang selalu tergambar dari kehidupan masyarakat yang ada di masa Nabi Muhammad adalah masyarakat yang tertinggal, terbelakang, bodoh, kampungan dan sebutan lain yang menggambarkan sesuatu yang serba tidak baik.
Padahal apabila kita telusuri sejarah kehidupan mereka pada masa itu tidaklah seperti apa yang digambarkan. Sebenarnya dari beberapa sisi kehidupan bangsa arab khususnya Makkah dan Madinah ketika itu, mereka sudah memiliki peradaban dan pengetahuan yang tidak kalah dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Misalnya, dalam dunia perniagaan mereka mampu bersaing dengan pesaing dari daerah lain, bahkan mereka mampu membaca permintaan pasaran sehingga mereka tahu jenis komoditi apa yang diperlukan mereka bawa ke daerah destinasi mereka berdagang. Mereka juga mampu menyesuaikan kondisi pada ketika musim dingin dan musim panas kemana mereka harus membawa dagangannya.
Maksud firman Tuhan:
(laitu) kebiasaan aman tenteram perjalanan mereka (menjalankan perniagaan) pada musim sejuk (ke negeri Yaman), dan pada musim panas (ke negeri Syam), (Quraish:2).
Kalau demikian, sebutan jahiliyah terhadap masyarakat yang dihadapi Rasulullah pada ketika itu tidak boleh hanya diertikan dari sudut harfiyah semata, namun harus dipandang dari sudut yang lain. Dalam hal ini tentunya kita merujuk kembali kepada konsep Al-Qur’an tentang apa yang dimaksud tentang jahiliyah itu. Apabila ditelusuri ayat-ayat Al-Qur’an tentang jahiliyah, ada empat pengertian jahiliyah yang menjadi sorotan Allah SWT. dan keempat hal itu adalah merupakan sikap mental yang selalu menjadi prilaku hidup masyarakat yang dihadapi Rasulullah pada ketika itu. Empat hal tersebut adalah:
Zhonnul Jahiliyyah: Maksudnya adalah, bahwa orang-orang jahiliyah mempunyai sangkaan atau keyakinan yang salah terhadap Allah, sebab itu kejahiliyahan mereka dalam hal ini adalah menyangkut masalah keimanan kepada Allah dan RasulNya. Oleh sebab itu, syari’at islam yang dibawa Nabi Muhammad bertujuan untuk meluruskan keyakinan mereka kepada Allah agar tidak menyekutukan Allah dan beribadah hanya kepada Allah semata.
Allah berfirman maksudnya:
Kemudian sesudah (kamu mengalami kejadian) yang mendukacitakan itu, Allah menurunkan kepada kamu perasaan aman tenteram, iaitu rasa mengantuk yang meliputi segolongan dari kamu (yang teguh imannya lagi ikhlas), sedang segolongan yang lain yang hanya mementingkan diri sendiri, menyangka terhadap Allah dengan sangkaan yang tidak benar, seperti sangkaan orang-orang jahiliyah. Mereka berkata: "Adakah bagi kita sesuatu bahagian dari pertolongan kemenangan yang dijanjikan itu?" Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya perkara (yang telah dijanjikan) itu semuanya tertentu bagi Allah, (Dia lah sahaja yang berkuasa melakukannya menurut peraturan yang ditetapkanNya)". Mereka sembunyikan dalam hati mereka apa yang mereka tidak nyatakan kepadamu. Mereka berkata (sesama sendiri): "Kalaulah ada sedikit bahagian kita dari pertolongan yang dijanjikan itu, tentulah (orang-orang) kita tidak terbunuh di tempat ini?" katakanlah (wahai Muhammad): "Kalau kamu berada di rumah kamu sekalipun nescaya keluarlah juga orang-orang yang telah ditakdirkan (oleh Allah) akan terbunuh itu ke tempat mati masing-masing". Dan (apa yang berlaku di medan perang Uhud itu) dijadikan oleh Allah untuk menguji apa yang ada dalam dada kamu, dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kamu. Dan (ingatlah), Allah sentiasa mengetahui akan segala (isi hati) yang ada di dalam dada. (Ali-Imran:154).
Ayat ini diturunkan Allah berkenaan dengan peristiwa perang uhud dimana ummat islam pada ketika itu mengalami kekalahan. Dalam menyikapi kekalahan tersebut terjadi dua kelompok dikalangan ummat islam. Satu kelompok adalah mereka-mereka yang kuat imannya, satu kelompok lagi adalah mereka-mereka yang lemah imannya. Mereka yang masih lemah imannya mempunyai fikiran, kalau Muhammad itu benar adalah Rasul Allah, mengapa dia boleh kalah dalam peperangan ini. Pemikiran yang seperti itu adalah pemikiran yang salah, dan Allah menyindir mereka, bahwa mereka masih mempunyai pemikiran yang sama seperti orang-orang jahiliyah, dan pemikiran orang-orang jahiliyah selalu salah dalam memandang Allah sebagai Tuhan.
Hukmul Jahiliyyah: Orang-orang jahiliyah selalu tidak tepat dan tidak adil dalam menerapkan hukum. Hal ini menjadi sorotan Allah terhadap pola hidup mereka dalam bermasyarakat. Sebab, apabila hukum tidak dapat dilaksanakan dengan benar, maka kehidupan ummat itu pasti akan porak poranda.
Maksud Firman Allah:
Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah? Padahal - kepada orang-orang yang penuh keyakinan - tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih pada daripada Allah. (Al-Maidah:50).
Hamiyyatul Jahiliyyah. Orang-orang jahiliyah mempunyai sikap sombong dalam kehidupan mereka, dan salah satu penyebab sikap mereka seperti itu adalah akibat kekotoran hati dan jiwa mereka. Karena itu islam datang untuk membersihkan hati manusia dari segala kotoran-kotoran yang dapat mempengaruhi pola hidup manusia itu, terutama kesombongan yang mengakibatkan manusia tidak mau percaya kepada Allah SWT.
Maksud firman Allah:
(Ingatlah dan kenangkanlah ihsan Tuhan kepada kamu) ketika orang-orang yang kafir itu menimbulkan perasaan sombong angkuh yang ada dalam hati mereka (terhadap kebenaran Islam) - perasaan sombong angkuh secara Jahiliyah (yang menyebabkan kamu panas hati dan terharu), lalu Allah menurunkan semangat tenang tenteram kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman (sehingga tercapailah perdamaian), serta meminta mereka tetap berpegang kepada "Kalimah Taqwa", sedang mereka (di sisi Allah) adalah orang-orang yang sangat berhak dengan "kalimah Taqwa" itu serta menjadi ahlinya. Dan (ingatlah), Allah adalah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
(Al-Fath,48:26).
Tabarrujal Jahiliyyah. Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari orang-orang jahiliyah terutama kaum wanitanya selalu menunjukkan sikap hidup yang tidak baik, mereka tidak menjaga kehormatan dan kemuliaan diri mereka sebagai wanita, dengan itu Allah mengingatkan kepada wanita-wanita muslimah agar jangan berprilaku seperti wanita-wanita di zaman jahiliyah.
Maksud firman Allah:
Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah zaman dahulu; dan dirikanlah sembahyang serta berilah zakat; dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah (perintahkan kamu dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan diri kamu - wahai "AhlulBait" dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji).
(Al-Ahzab,33:33).
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengertian jahiliayah tidak boleh difahami secara harfiah semata, namun kita melihat dari sudut pandang Al-Qur’an, dimana dapat disimpulkan bahwa jahiliyah itu sesungguhnya adalah merupakan minda yang mewarnai kehidupan seseorang. Oleh sebab itu kita di ingatkan oleh Allah agar tidak lagi memiliki gaya kehidupan seperti orang-orang jahiliyah. Namun yang perlu disadari adalah bahwa pola kehidupan jahiliyah itu pasti masih akan tetap merayap ditengah-tengah kehidupan ummat sepanjang sikap mental ummat masih belum bersih dari kemusyrikan, kemunafikan, kekufuran dan segala sifat-sifat yang tidak terpuji.